like this first~ hottest owner in da world!
touch below~ hello peeps ! welcome to super awesome.enjoy your life :D you only know my name NOT my story. to know me more? read this bloggie ~ hearts of love!
| keistimewaan 10 terakhir ramadhan :)
Segala puji hanya bagi
Allah, yang telah menyampaikan kita dipenghujung 10 hari kedua bulan Ramadhan.
Kini kita telah memasuki 10 ketiga atau terakhir bulan Ramadhan. Hari-hari
yang memiliki kelebihan dibanding lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pada 10 terakhir Ramadhan ini MENGGANDAKAN ibadah baginda yang tidak beliau lakukan pada hari-hari
lainnya.
Ummul Mu`minin ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha mengisahkan tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
10 terakhir Ramadhan :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر - أي العشر الأخير
من رمضان - شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله . متفق عليه
“Adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau
menguatkan ikatan tali sarungnya (yakni meningkat amalan ibadah baginda),
menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” Muttafaqun ‘alaihi
Keutamaan 10 Terakhir bulan Ramadhan :
Pertama : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serius dalam
melakukan amalan ibadah lebih banyak dibanding hari-hari lainnya. Peningkatan
ibadah di sini tidak terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun
meliputi semua jenis ibadah baik solat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah,
dll.
Kedua :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan isteri-isteri baginda agar
mereka juga berjaga untuk melakukan solat, dzikir, dan lainnya. Hal ini karena
semangat besar beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar keluarganya juga dapat
meraih keuntungan besar pada waktu-waktu utama tersebut.
Ketiga : Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 Terakhir ini, Baginda
mengasingkan diri dari berbagai aktiviti keduniaan, untuk baginda
menumpukan ibadah dan merasakan lezatnya ibadah tersebut.
Keempat : Pada malam-malam 10 Terakhir inilah sangat besar kemungkinan
salah satu di antaranya adalah malam Lailatur Qadar. Suatu malam penuh barakah
yang lebih baik daripada seribu bulan.
Keutamaan Lailatul Qadr
Di antara nikmat
Allah subhanahu wa ta’ala terhadap umat Islam, dianugerahkannya kepada mereka
satu malam yang mulia dan mempunyai banyak keutamaan. Suatu keutamaan yang
tidak pernah didapati pada malam-malam selainnya. Tahukah anda, malam apakah
itu? Dia adalah malam “Lailatul Qadr”. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana
firman Allah I:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ
مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ *
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
* سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ *
“Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu
(Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala
urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al-Qadr: 1-5)
Demikian pula Allah
subhanahu wa ta’ala beritakan bahwa pada malam tersebut para malaikat dan
malaikat Jibril turun. Hal ini menunjukkan betapa mulia dan pentingnya malam
tersebut, karena tidaklah para malaikat itu turun kecuali karena perkara yang
besar. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mensifatkan malam tersebut dengan
firman-Nya:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar
Allah subhanahu wa
ta’ala mensifatkan bahwa di malam itu penuh kesejahteraan, dan ini merupakan
bukti tentang kemuliaan, kebaikan, dan barakahnya. Barangsiapa terhalang dari
kebaikan yang ada padanya, maka ia telah terhalang dari kebaikan yang besar”.(Fatawa Ramadhan, ms.
848)
Wahai hamba-hamba
Allah, adakah hati yang tergugat untuk menghidupkan malam tersebut dengan ibadah
…?!, adakah hati yang terpanggil untuk meraih malam yang lebih baik dari 1000
bulan ini …?! Betapa ruginya orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan
perbuatan yang sia-sia, apalagi dengan kemaksiatan kepada Allah.
Mengapa Disebut Malam “Lailatul Qadr”?
Para ulama menyebutkan
beberapa sebab penamaan Lailatul Qadr, di antaranya:
1. Pada malam tersebut
Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan secara terperinci takdir segala sesuatu
selama 1 tahun (dari Lailatul Qadr tahun tersebut hingga Lailatul Qadr tahun
yang akan datang), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا
مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ * [الدخان/3، 4]
“Sesungguhnya Kami
telah menurukan Al-Qur`an pada malam penuh barakah (yakni Lailatul Qadr). Pada
malam itu didedahkan segala urusan (takdir) yang penuh hikmah”. (Ad Dukhan: 4)
2. Karena besarnya
kedudukan dan kemuliaan malam tersebut di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Ketaatan pada malam
tersebut mempunyai kedudukan yang besar dan pahala yang banyak lagi
mengalir. (Tafsir Ath-Thabari IV/200)
Bila Terjadinya Lailatul Qadr?
Malam “Lailatul Qadr”
terjadi pada bulan Ramadhan.
Pada tarikhl
berapakah? Dia terjadi pada salah satu dari malam-malam ganjil 10 hari terakhir
bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ
الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadr
itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (H.R Al Bukhari no.
1878)
Lailatul Qadr terjadi
pada setiap tahun. Ia berpindah-pindah di antara malam-malam ganjil 10 hari
terakhir (bulan Ramadhan) tersebut sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha
Kuasa.
Asy-Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Lailatul Qadr itu
(dapat) berpindah-pindah. Kadang2 terjadi pada malam ke-27, dan
terkadang terjadi pada malam selainnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits yang
banyak jumlahnya tentang masalah ini. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwa baginda pada suatu tahun diperlihatkan
Lailatul Qadr, dan ternyata ia terjadi pada malam ke-21″. (Fatawa Ramadhan,
hal.855)
Asy-Syaikh ‘Abdul
‘Aziz bin Baz dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata:
“Adapun pengkhususan (memastikan) malam tertentu dari bulan Ramadhan sebagai
Lailatul Qadr, maka perlukan dalil. Akan tetapi pada malam-malam ganjil dari 10
hari terakhir Ramadhan itulah kemungkinan terjadinya Lailatul Qadr, dan lebih
memungkinkan lagi terjadi pada malam ke-27 karena telah ada hadits-hadits yang
menunjukkannya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)
Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan shahabat Mu’awiyah
bin Abi Sufyan :
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ إِذَا قَالَ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ
Dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahwasanya apabila beliau menjelaskan tentang Lailatul Qadr
maka beliau mengatakan : “(Dia adalah) Malam ke-27″. (H.R Abu Dawud,
dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan
Asy-Syaikh Muqbil dalam Shahih Al-Musnad)
Tanda-tanda Lailatul Qadr
Pagi harinya matahari
terbit dalam keadaan tidak menyilaukan, seperti halnya bejana (yang terbuat
dari kuningan). (H.R Muslim)
Lailatul Qadr adalah
malam yang tenang dan sejuk (tidak panas dan tidak sejuk) serta sinar matahari
di pagi harinya tidak menyilaukan. (H.R Ibnu Khuzaimah dan Al Bazzar)
Dengan Apakah Menghidupkan 10 Terakhir Ramadhan dan Lailatul
Qadr?
Asy-Syaikh ‘Abdul Aziz
bin Baz dan Asy Syaikh Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari
terakhir bulan Ramadhan untuk mengerjakan solat (malam), membaca Al-Qur’an, dan
berdo’a daripada malam-malam selainnya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)
Demikianlah hendaknya
seorang muslim/muslimah … Menghidupkan malam-malamnya pada 10 Terakhir di bulan
Ramadhan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala; solat
tarawih dengan penuh iman dan harapan pahala dari Allah I semata, membaca
Al-Qur’an dengan berusaha memahami maknanya, membaca buku-buku yang bermanfaat,
dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a serta memperbanyak dzikrullah.
Di antara bacaan do’a
atau dzikir yang paling afdhal untuk dibaca pada malam (yang diperkirakan
sebagai Lailatul Qadr) adalah sebagaimana yang ditanyakan Ummul Mukminin
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
: “Wahai Rasulullah jika aku mendapati Lailatul Qadr, do’a apakah
yang aku baca pada malam tersebut?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bacalah:
اللهم إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah sesungguhnya
Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi Maaf, Engkau suka pemberian maaf, maka
maafkanlah aku”. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Maka hendaknya pada
malam tersebut memperbanyak do’a, dzikir, dan istighfar.
Apakah pahala Lailatul Qadr dapat diraih oleh seseorang yang
tidak mengetahuinya?
Ada dua pendapat dalam
masalah ini:
Pendapat Pertama: Bahwa pahala tersebut khusus bagi yang mengetahuinya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullah berkata: “Ini adalah pendapat kebanyakan para ulama. Yang
menunjukkan hal ini adalah riwayat yang terdapat pada Shahih Muslim dari hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh:
مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِفَيُوَافِقُهَا
“Barangsiapa yang
menegakkan solat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.”
{kalimat فيوافقها di
sini diartikan: mengetahuinya (bahwa itu Lailatul Qadr), pen-}
Menurut pandanganku
pendapat inilah yang benar, walaupun aku tidak mengingkari adanya pahala yang
tercurahkan kepada seseorang yang mendirikan solat pada malam Lailatul Qadr
dalam rangka mencari Lailatul Qadr dalam keadaan ia tidak mengetahui bahwa itu
adalah malam Lailatul Qadr”.
Pendapat Kedua: Didapatkannya pahala (yang dijanjikan) tersebut walaupun dalam
keadaan tidak mengetahuinya. Ini merupakan pendapat Ath-Thabari, Al-Muhallab,
Ibnul ‘Arabi, dan sejumlah dari ulama.
Asy-Syaikh
Al-‘Utsaimin rahimahullah merajihkan pendapat ini, sebagaimana yang beliau
sebutkan dalam kitabnya Asy-Syarhul Mumti’:
“Adapun pendapat
sebagian ulama bahwa tidak didapatinya pahala Lailatul Qadr kecuali bagi yang
mengetahuinya, maka itu adalah pendapat yang lemah karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ
مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
menegakkan solat pada malam Lailatul Qadr dalam keadaan iman dan mengharap
balasan dari Allah , diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari
no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)
Rasulullah tidak
mengatakan: “Dalam keadaan mengetahui Lailatul Qadr”. Jika hal itu merupakan
syarat untuk mendapatkan pahala tersebut, niscaya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan pada umatnya. Adapun pendalilan mereka dengan
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِفَيُوَافِقُهَا
“Barangsiapa yang
menegakkan solat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.”
Maka makna فيوافقها di
sini adalah: bertepatan dengan terjadinya Lailatul Qadr tersebut, walaupun ia
tidak mengetahuinya”.
Semoga anugerah
Lailatul Qadr ini dapat kita raih bersama, sehingga mendapatkan keutamaan
pahala yang setara (bahkan) melebihi amalan 1000 bulan. Amiin Ya Rabbal
'Alamin.
|